Sabtu, 31 Mei 2014

Tips Sukses Menjadi Seorang Arsitek

1. Konsultasi Awal. Pertama-tama, berkonsultasilah dengan pihak sekolah menengah (guru BP), untuk meminta nasihat kursus Interior 3D Studio apakah yang paling sesuai untuk mendukung dan mempersiapkan Anda masuk ke jurusan arsitektur / Interior Architect di perguruan tinggi. Interor Architect membutuhkan kemampuan lebih dalam hal matematika, jadi ada baiknya Anda dapat mengambil kursus matematika sebagai persiapan awal untuk menjadi Interior Architect.



2. Kumpulkan Informasi Perguruan Tinggi. Cobalah untuk browse perguruan-perguruan tinggi unggulan dalam bidang arsitektur khususnya Interior 3D / 3D Studio , pastikan perguruan tinggi tersebut masuk rangking nasonal dalam bidang arsitektur / Architect Studio, kemudian kontak mereka untuk menanyakan syarat awal penerimaannya. Di Indonesia, ada beberapa perguruan tinggi yang dikenal ‘kuat’ dalam bidang arsitektur khusus nya Interior 3D.



3. Daftarkan Diri Anda. Daftarkan diri Anda ke perguruan-perguruan tersebut, dimana Anda telah memenuhi persyaratannya.



4. The Sooner, The Better. Berusahalah untuk lulus secepatanya, lebih baik kalau disertai dengan gelar pujian. Sering mengikuti beberapa kompetisi desain arsitektur dalam hal Interior 3D ketika masa kuliah, akan memberikan keuntungan Anda pada masa datang, karena selain mampu mengasah kreatifitas Anda (Interior 3D Studio) juga akan meningkatkan ‘daya jual’ Anda (Architect Studio) ketika melamar pekerjaan kelak.



5. Kerja Magang Saat Kuliah. Cobalah untuk bekerja paruh waktu pada saat kuliah di Architect Studio / Studio Architect, baik sekedar menjadi drafter ataupun surveyor bahkan 3D Interior. Tidak menjadi soal jika gajinya kecil sekalipun. Atau terimalah tawaran dari dosen/ajukan penawaran kepada dosen Anda untuk dapat mengikuti proyek-proyek perancangannya (Interior Studio) dalam hal Interior 3D Studio  di Studio Architect jangan lupan pada akhir perkuliahan Anda meminta rekomendasi dari dosen/professor Anda tentang kinerja Anda dalam Interior Studio. Hal ini akan memperbanyak jam terbang Anda dalam hal wawasan desain 3D Interior / Interior Studio.



6. Pelajari CAD. Pelajarilah aplikasi-aplikasi program Computer Aided Design (CAD) seperti AutoCAD, 3D Max maupun Skcetchup sesegera mungkin. Ambil kursus aplikasi tersebut kalau perlu, karena saat ini dan pada masa datang, akan semakin banyak perusahaan yang membutuhkan skills Anda tersebut.



7. Bergabung Dengan IAI. Persiapkan diri Anda untuk memperoleh IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) setelah kelulusan, sebagai ‘kunci’ eksistensi dan syarat Anda apabila Anda akan membuka biro desain yang kredibel. Selain itu, bergabung dalam ikatan/komunitas Arsitektur Muda Indonesia (AMI), akan semakin mengasah skills Anda dalam desain-desain bergaya modern kontemporer yang selalu up-to-date di Studio Architect .

Jumat, 30 Mei 2014

History Of Architecture

Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktik-praktik, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seoranArsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak bagian dunia.


Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.
Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktikkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat ditempati. Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain